Langkah terakhir dari suatu penelitian ilmiah adalah Membuat laporan. Bagaimanapun baiknya penelitian yang telah dilaksanakan, bagaimana bermutunya model-model yang sudah dibangun, bagaimana cepatnya hipotesis yang telah dirumuskan, ataupun bagaimana lengkapnya disain percobaan yang telah dipergunakan, penelitian tersebut belum dianggap berhasil jika laporan hasil penelitian belum dibuat. Hasil penelitian harus dilaporkan dan ditulis, karena laporan tersebut merupakan media komunikasi antara peneliti dengan pembaca ataupun antara penulis dengan badan-badan yang akan menggunakan hasil penelitian tersebut. Penulisan laporan penelitian tidak lain dari penyampaian pengalaman penelitian dan hasil-hasilnya kepada masyarakat. Tanpa ada penulisan laporan, hasil penelitian akan merupakan barang mati yang hanya dinikmati oleh si peneliti sendiri. Padahal tujuan penelitian tidak lain dari mencari sesuatu, dan menyampaikan hasilnya sebagai sumbangsih ilmuan kepada ilmu pengetahuan. Hasil penelitian tersebut dapat saja diterapkan dengan segera didalam masyarakat , ataupun digunakan sebagai penambah khasanah ilmu pengetahuan.
Tekhnik menulis laporan ilmiah mempunyai mempunyai cirri-ciri tersendiri. Penulisan laporan ilmiah lebih banyak merupakan suatu seni, sehingga pengalaman menulis lebih banyak berperan dalam menambah keindahan penulisan. Jika dalam langkah-langkah lain, peneliti dapat dapat meminta bantuan kepada pembantu-pembantunya dalam menyelsaikan kegiatan-kegiatan penelitian, tetapi dalam penilisan laporan, peneliti sendiri akan banyak mencurahkan tenaganya. Bentuk penulisan ilmiah merupakan kunci penting dari keseluruhan kegiatan penelitian, karena disinilah hasil penelitian dapat dievaluasikan, dan dapat diketahui secara pasti apakah penelitian tersebut telah berhasil baik atau tidak. Dari tulisan ilmiah tersebut masyarkat dapat menilai apakah hal-hal baru benar-benar telah ditemukan.
Bentuk laporan ilmiah yang akan disajikan tergantung dari jenis pembaca yang ditargetkan. Bahasa yang digunakan, gaya bahasa yang akan dipakai serta istilah-istilah yang dipilih dimaksudkan supaya pembaca dapt mencerna isi laporan tersebut dan dapat memahami penemuan-penemuan baru yang disampaikan. Karena itu, sistematika penulisan, cara penyampaian penemuan, alat-alat yang digunakan serta penafsiran yang diberikan harus dapat menemui sasaran.
Yang harus digarisbawahi dalam menulis laporan penelitian adalah fungsi komunikatif yang diemban oleh peneliti. Laporan dibuat bukan diperuntukkan bagi peneliti sendiri, tetapi sebagai alat berkomunikasi dengan orang lain. Oleh karena itu, jenis pembaca yang ditujukan kepada sesama kolega ilmuan akan berbeda dengan laporan yang ingin disampaikan kepada pembuat keputusan , karena bagi pembuat keputusan, laporan tersebut perlu segera dituangkan dalam kegiatan nyata. Laporan juga akan berbeda dalam bentuk dan cara pengungkapannya jika laporan tersebut ditujukan kepada masyarakat umum.
DEFINISI LAPORAN ILMIAH
Laporan
ilmiah merupakan laporan dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh
seorang peneliti dengan mengguanakan gaya bahasa yang digunakan disesuaikan
dengan jenis sasaran peneliti yaitu sesame kolega ilmuan,kepada para pembuat
keputusan, ataupun kepada masyarakat umum,serta berfungsi sebagai alat komunikasi
antara peneliti dengan pembaca.
Laporan
suatu kegiatan penelitian memuat berbagai aspek yang dapat member gambaran
kepada orang lain tentang seluruh kegiatan, langkah, metode, tekhnik maupun
hasil dari penelitian tersebut (Notoatmodjo, 2005).
Membuat
laporan ilmiah merupakan langkah terakhir yang harus dilakukan oleh seorang
peneliti. Tanpa adanya laporan ilmiah berarti hasil dari penelitian yang telah
dilakuakan menjadi tidak ada artinya, karna tujuan dari penelitian adalah agar
bagaimana orang lain mengetahui hasil dari penelitian yang telah dilkukan, oleh
sebab itu bagaimanapun bagus dari hasil penelitian tidak akan berarti tanpa
belum adanya laporan ilmiah dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan
hasil penelitian tersebut dapat dinilai oleh masyarakat apakah lanyak untuk
diterapkan dalam kehidupan ataupun sebagai hasanah ilmu pengetahuan.
Menurut
Nazir, 2005, penulisan laporan penelitian harus disesuaikan dengan konsumen
hasil penelitian tersebut. Seorang peneliti perlu mempertimbangkan tiga hal
dalam menulis laporan.
1.
Sampai dimana tingkat pengetahuan dari pembaca?
2.
Apakah yang perlu diketahui oleh pembaca tersebut?
3.
Bagaimana cara menyampaikan hasil penelitian, sehingga keterangan yang
diberikan dapat dicerna dengan mudah oleh pembaca?
Cara
penulisan hasil penelitian harus disesuaikan sedemikian rupa, sehinga
komunikasi yang ingin disampaikan dapat mengenai sasarannya secara tepat.
JENIS-JENIS LAPORAN ILMIAH
Jenis-jenis
dari laporan ilmiah itu sendiri terdapat empat jenis laporan ilmiah, yaitu
laporan lebgkap atau monograf, artikel penelitian, laporan sumir (summary
report), dan laporan untuk administrator serta pembuat kebijakan (policy
maker).
1.
Laporan Lengkap (monograf)
Beberapa hal
berikut yang perlu diperhatikan, jika laporan penelitian dibuat dalam bentuk
monograf.
a.
Laporan harus berisi proses penelitian secara menyeluruh dengan mengutarakan
semua tekhnik dan pengalaman peneliti dalam melaksanakan kegiatan penelitian
tersebut.
b.
Tekhnik penulisan harus sesuai dengan kelompok target dari sang peneliti.
c.
Laporan ilmiah juga harus menjelaskan hal-hal yang sebenarnya terjadi disetiap
tingkatan analisis
d.
Jika diperoleh pengalaman-pengalaman atau penemuan-penemuan yang tidak ada
hubungannya langsung dengan tujuan penelitian yang dilaksanakan janganlah
penemuan itu dibuang dengan serta merta. Ada kemungkinan hasil penemuan atau
pengalaman tersebut dapat merupakan kunci bagi penulis lain dalam memberikan
makna pada penelitian lain dibelakang hari.
e.
Peneliti juga harus menyampaikan kegagalan yang yang dialaminya, disamping
sukses yang diperoleh.
f.
Laporan ilmiah harus di bagi dalm bab-bab, bagian-bagian, sub-sub bagian denagn
judul-judul yang padat, sehingga pembaca dapat memilih materi yang relevan
baginya dengan mudah.
2.
Artikel Ilmiah
Laporan
dalam bentuk artikel ilmiah adalah perasaan dari laporan lengkap (monograf).
Laporan dalam bentuk artikel ilmiah adalah laporan tentang salah satu dari
aspek-aspek yang terdapat dalam laporan lengkap. Laporan dalam bentuk artikel
harus difokusskan pada masalah penelitian tunggal yang objektif, sehingga
lampiran, kata pengantar, dan daftar isi tidak dimasukkan dalm laporan.
Laporan dlam
bentuk artikel ilmiah perlu berisi disain penelitian, prosecing data, dan
analisis dalam bentuk yang lebih diperpendek dan dipadatkan. Tabel-tabel juga
perlu dipadatkan. Yang terpenting dalam membuat laporan untuk dijadikan sebuah
artikel ilmiah adalah memanfaatkan informasi tentang materi-materi menjadi
terpadu dan relevan. Laporan dalam bentuk artikel juga ilmiah juga memrlukan
abstrak, yang berisi 200-300 kata.
3.
Laporan Ringkas (summary report)Summary report merupakan penulisan ulang
kembali tentang artikel-artikel yang sudah diterbitkan ataupun studi-studi yang
berkenaan dengan masyarakat dan ditulis dalam bahasa yang lebih mudah
dimengerti.
4.
Laporan untuk Administrator dan Pembuat Kebijakan
Laporan yang
ditujukan kepada administrator dan pembuat kebijakan harus mempunyai bentuk
tersendiri. Laporan yang dibuat tidak perlu dalam bentuk lengkap, karena
administrator dan pembuat kebijakan tidak memerlukan laporan demekian, Yang
diperlukan dalam laporan tersebut adalah penjelasan serta diagnosis terhadap
maslah yang diperlukan.
Laporan
untuk administrator dan pembuat keputusan perlu ditulis dengan bahasa yang
dapat dimengerti oleh mereka. Krena itu, istilah-istilah teknis, jika
digunakan, haruslah istilah teknis yang sesuai dengan penerapan dilapangan.
JENIS
KONSUMEN ATAU TARGET DARI PENULISAN LAPORAN
Secara umum,
penulisan laporan hasil penelitian dapat ditujukan kepada tiga jenis konsumen
yaitu :
1.
Masyarakat Umum
Laporan yang
ditujukan pada masyarakat umum, harus dapat memberi gambaran praktis kepada
pembaca. Laporan ini berupa brosur, artikel, ataupun mary report
(laporan ringkasan) yang berisi hal-hal yang praktis yang dapat dipergunakan
secara langsung oleh masyarakat. Dalam laporan ini, peneliti tidak perlu menyampaikan
teknik-teknik yang sukar dicerna oleh masyarakat umum.
2.
Sponsor Penelitian
Konsumen
kedua adalah sponsor dari penelitian itu sendiri. Banyak penelitian yang
dilakukan baik oleh institusi ilmiah atau universitas, disponsori oleh suatu
badan tertentu. Karena itu, hasil penelitian tersebut perlu dilaporkan pada
sponsor yang telah membiayai penelitian tersebut. Jenis laporan yang
disampaikan harus sesuai dengan keinginan dan tujuan sponsor, lebih-lebih dalam
hubungannya dengan penerapan penemuan penelitian tersebut.
3.
Masyarakat Ilmiah
Konsumen
ketiga dari penelitian adalah masyarakat ilmiah. Penelitian-penelitian baik
yang berupa tesis, skripsi, maupun disertasi, pertama-tama ditujukan kepada
komisi Pembimbing atau komisi tesis. Karena itu, bentuk, gaya bahasa, dan isi
laporan harus sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam suatu universitas.
Untuk
konsumen masyarakat ilmiah, laporan penelitian harus dibuat seutuh mungkin
tanpa meninggalkan penulisan tentang komponen-komponen teknik, alat-alat, dan
disain yang dipergunakan dalam penelitian. Semua kegiatan yang berhubungan
dengan daya nalar dan proses penelitian yang telah dikerjakan harus dilaporkan
secara mendalam dan terperinci. Hasil laporan penelitian demikian bisa
berbentuk monograf ataupun artikel ilmiah.
OUTLINE
DARI LAPORAN ILMIAH
Menurut
Nazir, 2005, Laporan ilmiah harus berisi hal- hal berikut:
1.
Pernyataan tentang masalah yang ingin dipecahkan dalam penelitian tersebut
2.
Prosedur penelitian, yang mencakup desain penelitian, metode ekperimental yang
dipilih, semple yang ditarik, teknik pengumpulan data, serta metode- metode
statistik yang digunakan, baik dalam kegiatan pengumpulan data ataupun dalam
analisis.
3.
Hasil penelitian dan penemuan- penemuan
4.
Implikasi yang dapat ditarik dari penelitian tersebut
Di dalam
pernyataan tentang masalah yang ingin dipecahkan, perlu dilaporkan
alasan- alasan mengapaa masalah tersebut samapai begitu penting untuk
diteliti? Latar belakang yang lengkap tentang masalah perlu diberikan untuk
mendukung alasan- alasan yang diberikan, sehingga masalah tersebut patut
dipercahkan secara alamiah. Relavansi pemecahan masalah, baik dalam
aspek- aspek teori maupun dalam aspek- aspek praktis dalam masyarakat perlu
dikemukan sejelas- jelasnya
Dalam
penulisan tentang pentingnya masalah yang diteliti, ringkasan- ringkasan dari
beberapa studi sebelumnya mempunyai relavansi deng masalah yang
dipecahkan, perlu juga diikutsertakan. Penyampaian- penyampaian studi- studi
tersebut dimasudkan untuk menjamin terdapatnya suatu kesinambungan, baik dalam
perumusan hipotesis, konsep- konsep atau metodologi. Unsur- unsur pokok dalam
masalah perlu dihubungkan secara jelas dengan tujuan penelitian.
Laporan
ilmiah juga harus berisi keterangan tentang cara- cara penelitian dilaksanakan.
Desain pokok apakah yang dipergunakan? Desain percobaan mana yang dipilih dan
jenis pengukuran apa yang dilakukan? Alat- alat apa yang digunakan dalam
kegiatan mengumpulankan data? Jenis responden manakah yang dipilih, dan teknik
sampling apa yang pula yang dilaksanakan.
Dalam
prosedur penelitian perlu juga dijelaskan analisis statistik yang digunakan,
dan level signifikan yang dipilih. Jika teknik statistik yang dipakia adalah
teknik yang sudah lazim, rumusan statistic tidak perlu digunakan. Di lain
pihak, jika teknik analisa dibuat dengan teknik statistik yang jarang
digunakan, rumus- rumus perlu diberikan secara jelas.
Laporan
ilmiah juga harus berisi hasil penemuan dengan bukti yang lengkap, bukti- bukti
yang mendukung hipotesis yang telah dirumuskan , ataupun tidak. Bukti- bukti
yang dipaparkan haruslah relavan dengan penelitian. Konsekuensinya, tidak semua
tabel yang dibuat perlu dimasukkan dalam laporan. Penjelasan hasil penelitian
harus relavan dengan masalah penelitian yang ingin dipecahkan dan hipotesis
yang dirumuskan.
GAYA
BAHASA DALAM LAPORAN ILMIAH
Sifat
utama dalam menilis laporan ilmuah adalah jelas dan akurat. Gaya bahasa
yang menambah kualitas penulis dapat dianggap sebagai suatu bonus saja dalam
penulisan laporan ilmuah. Walaupun demikian tidak ada salahnya laporan ilmiah
ditulis dengan gaya bahasa hidup dan menarik supaya pembaca lebih merasa puas
dalam membaca laporan tersebut.
Langkah
pertama yang dilakukan dalam menulis laporan adalah mengambil keputusan tentang
keterangan keterangan apa yang ingin disampaikan dan bagaimana jenis jenis
fenomena itu ingin dihubungkan satu dengan yang lain. Pada tingkat ini peneliti
perlu terlebih dahulu menulis outline penelitiannya. Adanya outline tersebut
nerarti peneliti telah memutuskan apa yang ingin disampaikan, dan bagaimana
tiap bagian dihubungkan dengan bagian lain secara logis. Setelah itu barulah
diatas lebih terperinci. Dengan membuat keterangan outline, peneliti dapat
melihat dengan jelas apakah semua materi telah dimasukkan ataukah ada sesuatu
yang tertinggal. Outline tersebut kemudian dikembangkan dengan menambah
subtopik, bagian, subbagian, dan lain lain. Dari pengembangan outline ini,
peneliti dapat lebih mudah melihat ada tidaknya hubungan logik antar materi
yang ingin ditulis.
Menurut
Trelease (1958), memberikan langkah-langkah berikut dalam membuat outline:
1.
Buatlah outline sesederhana mungkin dan aturlah topik-topik dalam urutan yang
logis dan mudah dibaca.
2.
Kembangkan outline tersebut dengan cara memberikan judul, subjudul, bagian,
subbagian dari masing-masing bagian.
3.
Kemudian kembangkan outline tersebut diatas lebih lanjut dengan mengadakan
pengaturan yang lebih efektif dan rasional.
4.
Kemudian mulai menulis.
Pada tahap
permulaan, peneliti tidak perlu terlalu menekankan kepada gaya bahasa
yang digunakan. Hanya saja perlu diingat bahwa peneliti sedang menulis laporan
ilmiah, bukan artikel untuk dimuat dimajalah hiburan. Setelah selesai draft
pertama barulah dicoba untuk memperbaiki gaya bahasa. Dalam penulisan ilmiah,
bahasa yang digunakan tidak memerlukan gaya bahasa puitis. Yang prnting adalah
tata bahasa yang benar. Syah (1972) memberikan saran-saran berikut dalam
menulis laporan:
- Tulislah sesuatu dengan jelas. Kalimat-kalimat harus dibuat sesederhana mungkin. Jangan menggunakan kaliamat yang terlalu panjang.
- Hati-hati dalam menggunakan terminologi. Berilah definisi terhadap terminologi ilmiah supaya engertiannya tidak meragukan.
- Gunakan tata bahasa dan ejaan yang benar. Penggunaan koma, titik koma, titik, dan titik dua sesuai dengan temptnaya.
- Sebayak mungkin gunakan kaliamat aktif. Buatlah kalimat aktif sependek-pendek dan hindari kalimat yang terlalu panjang.
- Nomor bab, subbab, tabel, dan gambar-gambar dengan sistem yang sesederhana mungkin.
Dibawah ini
diberikan beberapa check-list dari kesalah-kesalan yang sering dibuat dalam
menulis laporan penelitian.
1.
Ketidaktepatan
- Membesar-besarkan fakta atau pernyataan.
- Salah penafsiran karena data yang diperlukan tidak dimasukkan.
- Kesalah dalam menghitung, membuat atau menggunakan istilah.
- Kesimpulan yang ditarik didasarkan pada bukti yang tidak cukup.
- Penggunaan matematika yan g tidak cocok.
- Mencampurbaurkan antara fakta dan opini.
- Terdapa t kontraindikasi dan ketidakkonsistenan dalam pernyataan-pernyataan.
2.
Penyampaian yang tidak baik
- Menghilangkan topik yang penting.
- Kesalahan dalam mengututkan subbab, bagian dan sebagainya.
- Memasukkan materi dalam bagian atau paragraf yang salah.
- Pengembangan topik yang kurang lengkap.
- Memasukkan hal-hal yang tidak relevan secara tiak terperinci.
- Gagal dalam usaha membedakan antara yang baru dan yang terkenal.
- Kurang mementingkan penafsiran dan kesimpulan.
3.
Kekurangan gaya bahasa
- Kalimat yang terlalu panjang ataupun penggunaan tata bahasa yang terlalu sukar
- Kalimat yang terlalu pendek
- Kalimat yang terlalu lemah dengan kata-kata yang tidak ada artinya.
- Kalimat yang kurang jelas sehingga perlu dibaca berkali-kali untuk memahaminya.
- Paragraf yang terlalu panjang ataupun terlalu pendek.
- Kalimat yang bertela-tele atau tidak langsung kesasaran.
- Menggunakan kata-kata yang terlalu umum.
- Pengulangan kata-kata yang tidak perlu dari kata-kata yang sama atau kalimat yang sama.
- Terlupa menggunakan kata penghubung ataupun kata-kata asing.
BEBERAPA
BENTUK YANG SERING DIGUNAKAN
1.
Penggunaan huruf besar
Setiap
memulai kalimat, huruf pertama harus dimulai dengan huruf besar. Selain itu
gunakan huruf besar dalam halhal berikut.
- Huruf pertamadalam ungkapan yang berhubungan denhgan keagamaan, kitab suci, nama Tuhan, dan kata ganti.
- Huruf pertama gelar kehormatan, keturunan, keagamaan yang diikuti oleh nama org.
- Huruf pertama nama jabatan, pangkat yang diikuti nama org.
- Huruf pertama nama org, bangsa, suku, bahasa, tahun, bulan, hari, hari besar, nama khas geografi, badan resmi, lembaga pemerintahan, dokumen resmi.
- Huruf pertama kata dari nama buku, majalah, surat kabar danjudul keterangan, kecuali kata partikel, seperti di, ke, dari, yang, yang tidak terletak pada posisi awal.
- Huruf pertama nama sapaandan ringkasan nama gelar kecuali gelar dokter.
- Huruf pertama bahan produksi pabrik
- Huruf pertama dari judul buku, judul dari bab, artikel yang digunakan dalam teks.
- Huruf pertama dari nama genera, famili, ordo, kelas, subdivisi, dan divisi, baik untuk nama ilmiah tanaman atau hewan.
2.
Penggunaan huruf miring atau italics
Kalimat,
huruf, kata-kata, simbol dan sebagainya yang ingin dicetak dengan huruf miring
harus harus digaris bawahnya. Pencetakan miring dan huruf, kalimat, kata-kata
dan sebagainya dinamakan tulisan dalam italics. Beberapa kata-kata atau huruf
sering dinyatakan dalam italics yaitu:
- Simbol-simbol aljabar seperti: Ax+By+C=10
- Genera dan spesies : oryza sativa, equus cabalis, homo sapiens, dan sebagainya.
- nama buku, periodikal, pamflet, jika buku, priodikal dan panflet tersebut muncul dalam teks. Untuk judul artikel atau judul bab jangan ditulis dalam italics.
- Kata-kata asing seperti : ceteris paribus, insitu, et al, viz, in mediares dan lain sebagainya.
3.
Penulisan nama tanaman dan binatang
Dalam
tulisan ilmiah, nama tanaman dan binatang dapat ditulis dalam dua namayaitu
nama ilmiah dan nama biasa. Nama ilmiah dari tanaman dan binatang terdiri dari
genus, spesies, dan kependekan dari nama orang yang memberikan nama kepada
hewan atau tumbuhan tersebut. Nama ilmiah dicetak dalm huruf miring atau
ditulis dalam italic, yaitu jika diketik atau ditulis dengan tangan harus
digaris bawahnya.
BIBLIOGRAFI ATAU DAFTAR RUJUKAN
Dalam
mengerjakan penilitian, tidak ada satupun peneliti yang tidak membaca
karang-karangan penelitian yang berhubungan dengan penelitian yang sedang
dikerjakannya. Seorang peneliti diharapkan sudah membaca tulisan-tulisan, buku-buku
ataupun materi-materi lain yang berhubungan dengan penlitiannya. Bacaan-bacaan
tersebut sudah diseleksi, harus dilaporkan dalam laporan penelitiannya.
Tujuan dari
pembuatan daftar rujukan ini adalah memberikan penghormatan secukupnya kepada
sumber informasi yang telah kita kutip, memungkinkan pembaca untuk menelususri
sumber asli dari rujukan itu, baik untuk tujuan verifikasi maupun sebagai
sumber informasi yang lebih lengkap.
Unsur-unsur
dalam daftar rujukan, antara lain:
- Penulis : mencakup penulis utama dan penulis pendamping (coauthor).
- Judul : mencakup judul, subjudul makalah dalam jurnal, bab atau bagian buku dan judul, subjudul majalah, buku atau monografi.
- Fakta-fakta penerbitan : mencakup tempat (kota), penerbit, waktu penerbitan (datum), dan jika perlu volume dan atau edisi (kecuali edisi pertama). Tempat penerbitan (kota) dituliskan nama lengkap resmi kota tempat buku tersebut diterbitkan. Jika lebih dari satu kota, tulis yang pertama saja. Untuk kota yang tidak terkenal, tuliskan juga negaranya.
Contoh
penulisan daftar rujukan dalam berbagai bentuk yang sesuai menurut gaya
vancouver :
1.
Artikel jurnal baku (standard journal article)
- Pengarang 6 atau kurang
Mandrelli F,
Annino L, Rotoli B. The GIMEMA ALL 0813 trial: analysis of 10-year follow-up.
Br J Haematol 1996;92:665-72.
- Pengarang lebih dari 6
Owens DK,
Sanders GD, Harris RA, McDonald KM, Heidenreich PA, Dembitzer AD, et al.
Cost-Effectiveness of Implantable Cardioverter Defibrillators Relative to
Amiodarone for Prevention of Sudden Cardiac Death. Ann Intern Med
1997;126:1-12.
2.
Buku dan Monograf lain
Armitage P,
Berry G. Statistical Methods in Medical Research. 2nd ed. Oxford (UK):
Blackwell Science;1994.
3.
Prosiding pertemuan ilmiah
Kimura J,
Shibasaki H, editors. Recent advances in clinical neurophysiology. Proceedings
of the 10th International Congress of EMG and Clinical Neurophysiology: 1995
Oct 15-19; Kyoto, Japan. Amsterdam:Elsevier; 1996.
4.
Bahan publikasi lain
Mullery S.
Doctors must figth child labor.Asian Medical News September 1996; Sect. A:1 (col.1-3).
Joesoef D. Mendambakan Utopia. Kompas 1998 Jan 8;Sect. A:4(col.5).
Joesoef D. Mendambakan Utopia. Kompas 1998 Jan 8;Sect. A:4(col.5).
BENTUK ATAU FORMAT LAPORAN PENELITIAN
Agar hasil
penelitian mudah dipahami oleh orang lain, maka hasil tersebut harus disusun
dalam format dan sistematika yang baik. Menurut Notoatmodjo, apabila hasil
penelitian tersebut merupakan skripsi sarjana, tesis magister, atau disertasi
doctor, biasanya menggunakan format sebagai berikut :
1.
Bagian pendahuluan, yang terdiri dari :
a.
Latar belakang
b.
Perumusan masalah
c.
Tujuan Penelitian
d.
Kegunaan atau manfaat penelitian
2.
Tinjauan kepustakaan, terdiri dari :
a.
Teori-teori yang berkaitan dengan penelitian tersebut
b.
Hasil-hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan penelitian
tersebut.
3.
Kerangka konsepsual dan hipotesis
a.
Asumsi-asumsi kerangka konsepsual.
b.
Kerangka konsep penelitian
c.
Hipotesis-hipotesis
d.
Variasi-variasi penelitian dan definisi variabel-variabel tersebut.
4.
Bahan dan cara (metode penilitian)
5.
Hasil dan pembahasan penelitian
6.
Kesimpulan dan rekomendasi
7.
Daftar kepustakaan (refrensi)
8.
Lampiran-lampiran
Referensi:
http://suwela.wordpress.com/2011/01/13/penulisan-laporan-ilmiah/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar